Kisah Pemilik Rumah yang Dihuni 46 Orang di Gang Sempit Kisah Pemilik Rumah yang Dihuni 46 Orang di Gang Sempit di Cimahi: Tidur Bersebelahan Satu Sama Lain

Sri Aminah bercerita tentang kondisi tempat tinggalnya di sebuah rumah yang dihuni oleh 18 kepala keluarga atau 46 jiwa di sebuah gang sempit di Kota Cimahi, Jawa Barat. Ia mengatakan rumah yang ia tempati penuh sesak dengan keluarga anak-anaknya dan keluarga adiknya.
Dilansir detikJabar, Selasa (9/7/2024), rumah yang ditinggali Sri sejak tahun 1982 itu terletak di Kampung Cisurupan, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Terungkapnya 18 keluarga yang tinggal dalam satu atap itu diketahui setelah petugas Pantarlih Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih Pilkada Serentak 2024.

Kisah Pemilik Rumah yang Dihuni 46 Orang di Gang Sempit

“Saya pertama lihat juga sangat kaget, tidak menyangka akan ramai seperti ini. Anak-anak saya juga sempat marah-marah kenapa ramai sekali. Ya saya bilang karena ibu RT yang ngecek,” kata Sri.

Sri tak menampik bahwa ia, keluarga adiknya, keluarga anak-anaknya, serta cucu dan cicitnya memang tinggal dalam satu atap. Rumah dengan luas sekitar 70 meter persegi itu telah menjadi tempat ternyaman bagi mereka sejak puluhan tahun lalu.

Rumah Sri terletak di kawasan padat penduduk di Kota Cimahi. Terselip di sebuah gang sempit yang hanya bisa dilintasi dua sepeda motor namun harus bergantian dengan pejalan kaki.

Sri tidak mau membuka pintu lebar-lebar untuk para tamu. Ia hanya memperbolehkan orang yang datang untuk melihat bagian belakang rumahnya. detikJabar menengok ke bagian belakang rumah. Ada dua ruangan, satu ruangan besar yang diisi beberapa perabot seperti bufet dan kulkas.

“Ya paling tidurnya itu berdekatan gitu, ibu saya sendiri juga tidur di kamar tengah karena lumayan sempit,” kata Sri.

Rumahnya akan lebih ramai lagi di waktu-waktu tertentu, seperti saat Idul Fitri. Saudara dan anak-anaknya yang mengontrak di daerah lain akan datang.

“Paling ramai ya pas lebaran. Soalnya, sekarang kan ada juga yang mengontrak. Yang tinggal di Subang itu paling jauh. Kalau di sini, mereka datangnya pas hari raya. Kalau sudah begitu, rumah penuh,” kata Sri.